Rekayasa

Miller berpendapat bahwa rekayasa adalah seni di dalam mengaplikasikan prinsip-prinsip matematik dan sains untuk menyelesaikan persoalan-persoalan praktis. Jadi, engineer/rekayasawan haruslah seorang praktisi (praktisi dengan keahlian yang berbasis keilmuan). Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

  • Matematikawan dan saintis cenderung berkonsentrasi pada hal-hal yang bersifat fundamental, sedangkan rekayasawan/engineer cenderung menggunakan hal-hal yang fundamental tadi untuk membuat solusi-solusi praktis
  • Matematikawan dan saintis cenderung bekerja di dalam skala pekerjaan kecil (skala laboratorium), sedangkan engineer bekerja di dalam skala yang besar (skala penuh).
  • Matematikawan dan saintis mendasarkan pekerjaannya pada ketelitian/akurasi, sedangkan engineer cenderung mencari solusi meskipun hasilnya tidak 100% akurat. Hal ini bukan berarti engineer tidak bekerja dengan ketelitian tinggi, namun bagi mereka yang penting bekerja dengan seteliti mungkin sebab baginya di dunia ini tidak ada sesuatu-pun yang benar-benar akurat.

Selain itu, rekayasawan adalah seorang wirausaha yang senantiasa berorientasi pada pengabdian kepada Tuhan dan pelayanan kepada masyarakat. Jadi setiap perbuatannya harus efisien dan bernilai ekonomis dengan senantiasa berpegang teguh pada prinsip bahwa semua yang ada di alam ini adalah karunia Allah swt untuk segenap makhlukNya


Pada hakikatnya, dimensi ruang-waktu ini adalah dimensi/alam nisbi. Dimensi mutlak ada pada dimensi Tuhan. Namun demikian, rekayasa butuh kepastian. Jadi rekayasa cenderung memutlakkan sesuatu di alam/dimensi nisbi. Oleh sebab itu, jangan pernah berfikir bahwa perekayasaan adalah kemutlakan, namun lebih kepada solusi praktis untuk menjawab tantangan kebutuhan di dalam nisbi. Kemutlakan di dalam perekayasaan adalah kemutlakan hasil kesepakatan di alam nisbi


Hotma Prawoto Sulistyadi