Buntutku

Ciri khas yang terkenal dari motor ini adalah kehematannya dalam mengkonsumsi bensin, mungkin juga karena ditunjang mesin yang hanya bervolume 100cc. Dan dari segi perawatannya tidak terlalu merepotkan bukan karena orderdilnya yang gratis namun dukungan bengkel resmi yang konsisten dengan tawarannya kekonsumen yakni pelayanan yang prima dalam artian profesionalitas dan legalitas SDM yang baik dan bertanggung jawab demi menjaga brand HONDA* yang telah mendunia.

Pilihan jatuh pada motor ini dimasa awal-awal Mochin (Motor China) menyerbu NKRI diantaranya yang akrab dan melirik pandangan saat itu ataupun sampai sekarang ialah Beijing dan Jingceng serta merek-merek yang seletting. Tapi pengalaman dan insting si Papa pada merek Honda yang terpercaya dan telah berpuluh-puluh tahun di Indonesia bersaing dengan merek-merek motor dari Jepang juga akhirnya dipilihkanlah SUPRA X yang saat itu adalah model paling terbaru di kelas bebek 4 tak.

Inilah yang berpartisipasi dalam mobilitas aku dirutinitas kuliah dari tahun 2002 sampai selesai di Makassar. Dan diakhir pekan pakai ngojek teman-teman yang sehati dengan suasana pantai di Losari. Alhamdulillah si Bandel ini juga nggak pernah ngecewain yang pada akhirnya salah satu cewek pantatnya sangat senang dan nyaman nempel di Sadelnya sampai sekarang.

Bulan ini genap tujuh tahun. Tidak terasa memang dengan kondisi dan tampilannya yang masih kinclong. Beberapa keluarga maupun teman yang pemerhati motor telah sekian kali menyarankan untuk ganti saja dengan yang baru apalagi sekarang yang hemat bahan bakar, awet dan bla bla........sudah banyak pilihan. Walaupun alasan keluarga salah satunya melihat aku yang sering beraktifitas puluhan kilometer apakah ke Tombolo (±30km/perhari) ataupun yang kadang-kadang satu dua kali ke Makassar (±240 km PP). Kasian khan........?

Kondisi terakhir yang selalu menarik perhatian adalah knalpotnya yang sudah penyok plus bintik-bintik karat, batok dan kap-kapnya yang berkancing sudah pada patah sehingga mengganggu bunyi mesin yang halus. Itu kewajaran memiliki motor yang sudah ganti plat sekali. Miris melihatnya namun kesanggupan dan planing keuangan juga yang belum kepikiran kesitu. Makanya bila ada teman terutama yang kerja disalah satu dealer motor atau siapapun lagi-lagi nawarin ke aku, daripada lebar panjang jelasin, mending dikeluarin saja kalimat ampuhku: “Kasian sama motor barunya harus tersiksa lewat jalanan tahun 70-an di Manipi”.

Sampai sekarang belum ada perasaan untuk menggantinya bersama memori-memori pada motor itu. Tapi bila Tuhan berkendak yang beroda empatpun Insya Allah bisa dihadirkan tanpa menjual kenangan ini. Namun sekarang yang menunggu untuk ditindaki dari motor ini adalah kewajiban pada negara atas penggunaannya yakni Bayar Pajak tahunannya. Ok

Ada yang lebih prihatin?........silahkan usulkan untuk mengirimi aku bantuan perawatan atau Pajak. Terima kasih.

 

*= Tidak ada maksud untuk promosi.